Gadis itu Bernama Nadia


Masih hangat di benakku, Sabtu itu aku duduk sebangku dengan salah satu sahabatku. Ia tipikal yang hampir sama denganku. Bedanya? Perbedaannya adalah Ia lebih suka menyimpan semua kisahnya sendiri dan aku tidak bisa. Justru aku paling tidak bisa bila tidak menceritakan kisahku, karena entah mengapa setelah aku usai bercerita hati yang sebelumnya penuh terasa lebih lega. 

Hari itu kami lagi-lagi duduk di meja terdepan (duh padahal kami siswa yang ngantukan dan hobi duduk di pojok belakang), namun beruntungnya bukan meja yang berada didepan meja guru. Siang itu kami bercerita ngalor-ngidul, tentang sekolah, tentang pelajaran, tentang ujian, tentang 'doi', tentang semuanya. Namun yang masih membekas dibenakku adalah Ia hanya akan mengandalkan SNMPTN untuk harapan masuk ke bangku universitas. "Lalu bagaimana dengan SBMPTN mu?" aku tentu balik bertanya dengan nada heran dan sedikit kecewa. "Aku tidak akan mengambil kesempatan itu, aku akan fokus dengan Pondokku dulu. Mungkin itu jalan agar aku fokus di jalanNya." Aku terdiam dan menghela nafas berat. Itu berarti bila Ia tidak lolos SNMPTN, aku akan lebih sulit bertemu dengannya lagi di masa mendatang. Kudoakan yang terbaik semoga kau bisa lolos SNMPTN ya teman :))

Satu hari sebelumnya pun masih sama apa yang kami perbincangkan. Sambil berjalan cepat mengelilingi sekolah, karena perut kekenyangan kami tidak ikut berlari, aku bertanya apakah Ia mengikuti wisuda kelulusan esok? Dan aku sedih saat Ia justru menjawab tidak. Karena Ia harus menyelesaikan ujian Pondoknya di Kediri selama tiga bulan. "Nanti kalo kamu tidak ikut wisuda, aku tidak akan punya foto wisuda bersamamu," rengekku padanya. Dan aku hanya bisa membujuknya untuk menyempatkan datang wisuda selama sehari. Satu hari terindah yang akan kami anak-anak sekolah tidak pernah bisa lupakan.

Nadia Rohmah, begitulah namanya. Gadis berhijab yang bulan Desember lalu lepas sudah dari angka 17 menuju 18. Salah satu teman terbaikku sepanjang sejarah putih abu-abuku. Tempatku mencurahkan isi hati, teman duo tidur dikelas (kalo dia sedang tidur aku yang 'bertugas' menjaga, namun bila aku pun mengantuk, wassalam sudah guru yang menerangkan), sama-sama hobi duduk dipojok belakang, sama-sama mengeluh kalo duduk didepan apalagi didepan meja guru, sama-sama jarang sarapan (mungkin ini penyebab kami jadi ngantukan). Meski terlampau banyak kesamaan, namun kami tetaplah dua gadis berbeda. Disaat Ia setengah mati merindu rumah, justru kadang aku ingin merasa jauh dari rumah. "Berat," katanya tiap aku mengeluh ingin pergi. Namun masa bodoh dengan semua perbedaan yang terbentang, Ia akan tetap selalu menjadi teman terbaikku. Dan gadis itu bernama Nadia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenis-Jenis Tour dalam Manajemen Biro Perjalanan Wisata