Candi Sojiwan
CANDI SOJIWAN
Lokasi Candi Sojiwan
Candi ini berada di Desa Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Klaten. Terletak 2
![]() |
Pintu masuk Candi Sojiwan |
Bagian Candi Sojiwan
Kompleks Candi Sojiwan terdiri dari dua gugusan candi (gugusan candi
utara dan selatan). Gugusan candi selatan sudah hilang menjadi lahan pemukiman
penduduk, sedangkan gugusan utara masih tersisa seperti yang kita lihat saat
ini. Kedua gugusan candi tersebut dikelilingi oleh parit. Gugusan candi
disebelah utara terdiri atas satu candi induk dan satu candi Perwara yang
mengelilinginya. Diluar kelompok Perwara ini terutama di sisi utara, terdapat
sebaran pondasi dan reruntuhan batu candi yang belum jelas strukturnya.
Sejarah Candi Sojiwan
Candi Sojiwan merupakan salah satu monumen dari Dinasti Mataram Kuno abad
VIII-X Masehi. Menurut Bambang Sumadio Candi ini didirikan sebagai bentuk
penghormatan dari raja Balitung, raja dari dinasti Syailendra, untuk neneknya Nini Haji Rakryan Sanjiwana yang
beragama Buddha (Prasasti Rukam 829 Saka/907 M). Prasasti Rukam tersebut berisi
penetapan desa Rukam menjadi desa perdikan bagi Rakryan Sanjiwana.
Relief di Candi Sojiwan
Dongeng dari Sojiwan Relief yang terpahat di bagian kaki candi Sojiwan
memuat ajaran moral agama Buddha dalam bentuk fabel (cerita binatang). Beberapa
diantaranya yaitu:
1. Kisah Burung Berkepala Dua
Ada seekor burung berkepala dua.
Salah satu kepala makan dengan enak sedangkan satu kepala lainnya dibiarkan
saja. Kepala yang satunya meminta makanan tersebut, namun ditolak dan dijawab
tidak perlu makan karena nanti makanan itu akan masuk juga ke dalam perut yang
sama. Kepala lainnya marah dan akhirnya memakan makanan beracun. Dan akhirnya
matilah burung berkepala dua tersebut. Pesan yang terkandung adalah kita harus
bekerja sama untuk kepentingan bersama. Tanpa ada kerja sama yang baik tentu
semua pekerjaan dapat gagal atau kurang maksimal.
2.
Kisah Buaya dan Kera
Istri seekor buaya meminta suaminya untuk
menangkap seekor kera yang sedang duduk di tepi sungai untuk disantap hatinya.
Suami buaya itu berkata bohong kepada kera bhawa ia mau berbuat baik dengan
mengantarkannya ke seberang sungai karena disana banyak pohon yang sedang
berbuah. Kera itupun setuju dan duduk diatas punggung buaya untuk menuju ke
seberang. Di perjalanan buaya itu mengatakan maksud istrinya. Mendengar hal
tersebut kera justru sangat gembira bisa menyumbangkan hatinya kepada istri
buaya. Tetapi hati yang diinginkannya tertinggal diatas pohon. Untuk itu si
buaya harus mengantarnya kembali untuk mengambil hati yang dimaksud. Sampai di
tepi sungai si kera melompat ke atas pohon dan pergi meninggalkan buaya
tersebut di sungai. Pesan moralnya adalah kita harus menjadi seseorang yang
pandai agar tidak mudah tertipu.
3.
Kisah Wanita dan Serigala
Seorang petani tua namun kaya raya
memiliki istri yang muda nan cantik. Istri petani itu merasa tidak bahagia
dengan suaminya. Suatu saat ia bertemu dengan seorang penyamun muda yang selalu
memuji kecantikannya. Wanita inipun sangat senang atas pujian tersebut. Mereka
berjalan bersama dan bermaksud menyeberang sungai. Muncullah watak jahat
penyamun untuk menguasai harta Si Wanita. Ternyata Ia tidak kembali dan pergi.
Si Wanita baru menyadari bahwa Ia telah tertipu.
Pada saat itu datanglah serigala
dengan membawa sepotong daging di moncongnya. Melihat ikan yang banyak di
sungai, daging itupun dilepas dan bermaksud untuk menangkap ikan-ikan di
sungai. Sementara ia bersiap-siap menangkap ikan, daging miliknya disambar
burung. Ikan-ikan di sungai ternyata juga pergi semua. “Sial,” katanya.
Pesan moral yang terkandung dari
kedua kisah tersebut agar kita jangan serakah dan bersyukur atas apa yang telah
kita miliki.
Pemugaran Candi Sojiwan
Salah satu upaya pelestarian Candi Sojiwan sudah sejak lama dilakukan. Pencarian
batu dan anastilosis akhirnya dapat direkonstruksi kembali bentuk Candi Induk
Sojiwan. Dan hasil rekonstruksi tersebut maka Balai Pelestarian Peninggalan
Purbakala Jawa Tengah tahun 1996 memulai kegiatan pemugaran terhadap Candi
Induk Sojiwan. Pemugaran yang telah dilakukan sejak tahun 1996-2006 telah
mencapai bagian tubuh candi. Namun karena gempa 27 Mei 2006, candi ini kembali
mengalami keruntuhan. Tindakan penyelamatan setelah gempa 2006 dilakukan
pembongkaran kembali bangunan candi dan dalam pemasangannya kembali tidak
menggunakan kolom. Kemudian batu isian yang semula menggunakan batu putih, pada
bagian tertentu menggunakan batu andesit yang diperkuat dengan angkur besi. Nat
nat antar batu isian diisi dengan hidrolik mortar. Untuk bagian tertentu dimana
terdapat gaya tarik, isian nat antar batu menggunakan bligon.
Selama kegiatan pemugaran Candi Sojiwan juga dilakukan penelitian arkeologi. Sampai saat ini,
penelitian arkeologi telah menemukan struktur parit keliling (sebagian
ditampakkan), struktur pahar haaman I sisi utara dan timur (telah
direkonstruksi), struktur pagar halaman II sisi utara (sebagian telah
direkonstruksi), dan dua deret strukturCandi Perwara Stupa pada halama II sisi
utara (salah satu candi perwara stupa telah direkonstruksi).
Keunikan Candi Sojiwan
Hal menarik dari candi ini adalah pada bagian kaki candi terdapat relief
cerita binatang (fabel) yang memuat tentang ajaran moral. Ajaran moral ini
merupakan moralitas sebuah kerajaan dan berlaku bagi seluruh rakyat kerajaan masa
itu, tetangga masih sangat relevan bagi kehidupan masyarakat masa itu.
Pendapat Saya tentang Candi
Sojiwan
![]() |
Taman di Candi Sojiwan yang asri |
Hal yang saya pikirkan sewaktu saya mengunjungi Candi Sojiwan yaitu
tempat ini sangat asri. Meskipun hanya untuk satu candi namun tempatnya begitu
luas, hijau, dan tertata. Kita juga tidak perlu membayar saat ingin mengunjungi
Candi Sojiwan, alias gratis. Namun, menurut saya yang disayangkan adalah
kurangnya petugas yang dapat memberikan informasi terkait sejarah candi. Saat
saya bertanya pada petugas yang berada di pos keamanan, mereka tidak tahu sama
sekali mengenai sejarah ataupun cerita tentang candi tersebut. Dengan kata
lain, di Candi Sojiwan tidak ada tour guide. Padahal banyak turis asing yang
datang berkunjung. Saran saya, pengelola perlu memberikan perhatian khusus
terhadap adanya petugas yang mampu memberikan informasi terkait Candi Sojiwan.
Sumber: Papan informasi di dalam candi yang dikelola oleh Balai
Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah.
Komentar
Posting Komentar