Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Si Bunga Harapan

Gambar
Suatu ketika, pernah ada Bunga Harapan yang mulai bersemi disudut kota tua itu. Harapan yang terbungkus oleh sinar hangat pengharapan dan tertancap kuat diatas tanah yang subur akan kesenangan. Kian hari harapan itu pun ikut tumbuh menjulang. Tumbuh dan terus tumbuh sampai kota itu menyadari ada suatu keindahan yang sebelumnya tertutup oleh kabut awan. Dengan senang hati, kota tua itu mulai memberikan tempat terbaik untuk Si Bunga Harapan. Dirawatnya baik-baik. Disiramnya dengan rutin. Ah, elok nian bunga itu! Tanamannya tumbuh subur. Pun bunganya merekah sangat indah. Waktu silih berganti. Musim pun ikut berganti. Awan-awan gelap mulai sering berdatangan menghampiri Si Bunga Harapan. Kota tua terkalahkan oleh kedahsyatan petir dan guntur kecemburuan. Angin ribut menderu keras disetiap malam. Berusaha untuk menghalangi Si Bunga Harapan yang ingin mendekat menuju hangatnya tangan ulet kota tua. Sang Bunga Harapan mulai merasa ditinggalkan. Kesepian. Hanya berteman awan gelap g...

Karena Ia Cantik

Gambar
Minggu-minggu ini sudah masuk musim penghujan, cuaca pun jadi tak menentu. Esok cerah, matahari bersinar terang, langit biru penuh gumpalan awan yang berbentuk seperti bulu domba dapat berubah seketika menjadi langit yang kelabu dan siap menumpahkan segala muatannya ke daratan maha luas. Namun hujan yang sering sekali turun akhir-akhir ini tidak membuat hati seorang kawanku ikut mendung. Justru hatinya sedang berbunga-bunga bak musim yang bersemi. Pasalnya baru-baru ini saat kami mengobrol Ia bertanya tentang salah seorang teman perempuanku. Percakapan yang lucu. "Apakah kau mengenalnya?" "Tentu saja, Ia satu kelas denganku. Memangnya ada apa?"  Tanyaku penasaran. Yang ditanya hanya diam. Setelah otakku berpikir sejenak, aku pun paham apa maksud pertanyaan tersebut. Dengan tatapan jahil dan senyum menyeringai aku pun balik bertanya. "Waahh, kamu naksir ya?" Lucunya kawan lelakiku itu justru menjawab seakan-akan ini rahasia negara. "Ja...

Merindu itu Berat

Karena merinduku yang terberat bukanlah merindu lawan jenis yang sedang didamba. Bukan merindu hal-hal materiil yang tak ku punyai. Bukan, bukan itu lagi. Merindu terberatku adalah saat aku merasa kehilangan sosok-sosok penyemangat dalam hidupku. Sosok yang selalu ada didekatku meskipun jarak besar terbentang dihadapan. Sosok yang selalu rela menghabiskan waktunya hanya untuk mendengar tiap inci keluh kesahku. Sosok yang selalu mampu membuat buncah hatiku saat mendengar lelucon aneh dan tawa keras mereka. Sosok yang selalu menghina teman dekat lainnya saat absen dari bangku sekolah. Ah, sungguh membuatku rindu. Aku tak cukup paham apa yang orang-orang diluar sana perbuat hingga persahabatan yang mereka jalin terlihat sungguh membuatku cemburu. Apakah mereka mempunyai sebuah komitmen kecil? Ataukah mereka memang sudah dipersatukan dalam suatu ikatan batin? Sungguh aku ingin tahu. Hari ini masih jauh dari detik-detik perpisahan. Namun suasana itu terasa pekat dihatiku. Aku merasa ada s...

Menunggu atau Ditunggu?

Gambar
Gunung Sindoro, Jawa Tengah Apabila banyak orang yang dilema antara mencintai atau dicintai, berbeda haluan denganku kisahku yang memilih menunggu ataukah ditunggu. Aku yakin sebagian besar dari kalian pasti paham dengan istilah "tarik-ulur perasaan" dengan lawan jenis yang sedang dikagumi. Ya, begitupun dengan kisahku. Pernah suatu ketika aku mengagumi seseorang. Entah magnet apa yang Ia punya sehingga aku jatuh hati padanya. Mungkin lebih karena tidak mau diketahui siapapun, aku mencoba untuk menutupi perasaan itu. Rasa suka dan kagum yang kurajut sendiri dalam ruang kosong bernama hati. Dalam posisi ini entah mengapa aku menjadi pihak yang sedang menunggu. Lambat laun, hubungan kami pun semakin dekat dan yah.. bisa dibilang mengalami kemajuan. Berawal dari hanya obrolan kecil dan guyonan belaka hingga akhirnya pelan berubah menjadi lontaran sinyal, yang lucunya saling berbalasan. Serentetan ujian dan kesibukan lainnya membuat jarak diantara ka...