Si Bunga Harapan
Suatu ketika, pernah ada Bunga Harapan yang mulai bersemi disudut kota tua itu. Harapan yang terbungkus oleh sinar hangat pengharapan dan tertancap kuat diatas tanah yang subur akan kesenangan. Kian hari harapan itu pun ikut tumbuh menjulang. Tumbuh dan terus tumbuh sampai kota itu menyadari ada suatu keindahan yang sebelumnya tertutup oleh kabut awan. Dengan senang hati, kota tua itu mulai memberikan tempat terbaik untuk Si Bunga Harapan. Dirawatnya baik-baik. Disiramnya dengan rutin. Ah, elok nian bunga itu! Tanamannya tumbuh subur. Pun bunganya merekah sangat indah.
Waktu silih berganti. Musim pun ikut berganti. Awan-awan gelap mulai sering berdatangan menghampiri Si Bunga Harapan. Kota tua terkalahkan oleh kedahsyatan petir dan guntur kecemburuan. Angin ribut menderu keras disetiap malam. Berusaha untuk menghalangi Si Bunga Harapan yang ingin mendekat menuju hangatnya tangan ulet kota tua. Sang Bunga Harapan mulai merasa ditinggalkan. Kesepian. Hanya berteman awan gelap gulita dan deru angin yang terus mengusik. Kemanakah perginya sang kota yang amat memperhatikannya? Kasian betul Si Bunga Harapan.
Kelopak bunga harapan runtuh satu per satu seiring batangnya yang mulai melapuk. Membusuk karena terkikis oleh kehadiran hujan badai kala itu. Tidak. Ia sudah kehilangan sudut kota tua yang telah menjadi teman hidupnya selama ini. Tempat dimana Ia mampu memupuk harapan-harapan baru seiring berjalannya waktu. Tameng yang melindungi dari segala hama keputusasaan. Tangan hangat kota tua telah pergi. Dan Si Bunga Harapan sudah tidak mampu tumbuh lagi.
Komentar
Posting Komentar